Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah memiliki program pengembangan kereta cepat (High Speed Railway/HSR). Moda HSR masuk ke dalam masterplan perkeretaapian nasional hingga tahun 2030.
Di dalam masterplan tersebut, kereta cepat akan membentang dari Jakarta-Surabaya. Namun, proyek ini baru akan dikerjakan atau dibangun mulai 2025 dan selesai pada tahun 2030.
Hal ini disampaikan oleh Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Hermanto Dwiatmoko di Kemenhub, Jakarta, Selasa (8/9/2015).
"Ide awal HSR sudah masuk ke dalam rencana induk perkeretaapian sampai 2030. Jadi kira-kira dibangun mulai 2025," kata Hermanto.
Dengan kecepatan 350 Kilometer (km) per jam, Jakarta-Surabaya sepanjang 700 km bisa ditempuh sekitar 2,5 jam. Jarak tersebut dinilai ideal untuk pengembangan kereta cepat.
"HSR jarak jauh lebih efisien. Seperti Jakarta-Surabaya 700 km," ujarnya.
Pembangunan HSR bila dilihat secara urutan waktu, dibangun setelah pulau-pulau di luar Jawa tersambung jaringan kereta.
Selain itu, Hermanto menilai kereta cepat sulit mencapai kecepatan maksimal dengan speed 300 km sampai 350 km per jam untuk rute Jakarta-Bandung sepanjang 150 km. Sebab, rute tersebut memiliki beberapa stasiun sehingga kereta harus berhenti sebelum kecepatan maksimum tercapai.
"Kecepatan itu nggak akan tercapai. Naik sebentar, sudah mau sampai ke stasiun berikutnya," ujarnya.
Hermanto menegaskan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya belum masuk pembahasan detil terkait kecepatan hingga pembiayaan.
Pada kesempatan itu, Hermanto berbicara soal pengembangan kereta medium yang diusulkan dan dikerjakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Kemenhub, tidak akan mengalokasikan dana khusus ke proyek tersebut. Alasannya, Kemenhub memiliki program prioritas menyambungkan pulau besar di luar Jawa dengan jaringan kereta.
"Kita alokasian dana untuk bangun Trans Sulawesi, Trans Sumatera, Trans Kalimantan sampai Trans Papua," jelasnya.
Meski uang negara tidak masuk ke proyek kereta kecepatan medium 200-250 km/jam rute Jakarta-Bandung, Hermanto memproyeksi biaya pengembangannya mencapai Rp 20 triliun sampai Rp 30 triliun. Biaya lebih murah dari kereta cepat yang berkisar Rp 60 triliun sampai Rp 70 triliun.
"Biayanya 1/3 lebih murah. Itu termasuk membangun track baru," jelasnya.
Sumber : DetikCom
0 komentar:
Posting Komentar