Jumat, 06 Oktober 2017

Kopi Arabica, Robusta, Liberica atau Excelsa?

Ada empat varietas atau jenis kopi yang paling dikenal di dunia yakni; Robusta, Arabika, Liberica, dan Excelsa. Meski sama-sama keluarga kopi, masing-masing varietas memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Cara membedakan kopi tersebut terbilang gampang yakni dengan melihat daun, buah, dan batang masing-masing varietas. Berikut adalah cara membedakan jenis-jenis kopi dilihat dari bentuk fisik pohonnya:

Ciri Khas Kopi Robusta
Ciri khas kopi Robusta dapat diketahui dari pertumbuhannya yang berbentuk menyerupai payung. Ciri lain daunnya lebih tipis dibanding Excelsa dan tepi daun seperti bergerigi. Bunga kopi berwarna putih dengan 5 sampai 6 kelopak yang tumbuh pada cabang. Buah kopi Robusta bergerombol dan berwarna merah darah saat sudah masak.

Sama seperti varietas lain, kopi Robusta dapat menghasilkan buah empat tahun. Kopi Robusta yang dikelola dengan baik memiliki produktifitas tinggi. Setidaknya satu hektar lahan kopi Robusta dapat menghasilkan sekitar 1,2 ton per tahun dari biji kopi hijau. 

Meski memiliki produktifitas tinggi, sebagian orang beranggapan bahwa kualitas rasa dan aroma kopi Robusta kalah dibanding kopi Arabica. Penilaian tersebut sifatnya subyektif, karena masing-masing orang punya selera yang berbeda terhadap kopi. Bisa saja orang beranggapan bahwa kopi Robusta-lah yang paling baik.

Ciri Khas Kopi Arabica
Varietas kopi Arabica umumnya lebih kecil dibanding Liberica dan Robusta. Kopi Arabica memiliki cabang yang berlawanan, horizontal dan berpasangan. Daunnya harum, berwarna hijau pekat. Biji kopinya lonjong elips, berwarna hijau, dan kemudian berubah menjadi merah atau kuning saat matang. Panjang ukuran bibit berkisar 8,5-12,7 cm.

Kopi Arabika dapat berbuah  setelah dua tahun penanaman. Umumnya, sebuah perkebunan dengan luas satu hektar yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan 1 ton kopi gelondongan. Sebagian orang menganggap kopi Arabika sebagai varietas kopi terbaik karena kualitas rasa dan aroma yang sangat baik. Namun varietas ini memiliki kelemahan yakni sangat rentan terhadap serangan karat daun kopi.

Ciri Khas Kopi Liberica
Kopi Liberica memiliki nama bermacam-macam. Orang Inggris menyebut kopi Liberia dengan nama  Baraco coffee. Sedangkan orang Filipina menyebut,  Kapeng barako .  Dan orang Temanggung menyebut kopi Liberica dengan nama Kopi Boriah.

Jenis kopi Liberica menghasilkan buah yang paling besar di banding Arabica dan Robusta. Kopi Liberica juga memiliki rasa dan warna yang sangat kuat. Ciri khas Liberica adalah pohon tegak dengan batang lurus. Daunnya lebih tebal dan teksturnya kasar. Bentuk buah kopinya bulat, tumbuh bergerombol atau kadang tumbuh sendiri-sendiri.

Keunggulan varietas Liberica adalah sangat tahan terhadap kekeringan. Varietas ini dapat berbuah setelah usia penanaman mencapai  4 sampai 5 tahun dari tanam. Satu hektar lahan yang ditanami Liberica dapat menghasilkan sekitar 1.000 kg per tahun.

Ciri Khas Kopi Excelsa
Varietas ini mirip dengan Liberica namun memiliki ciri khas pada daunnya yang lebih halus, tipis dan lebih bulat. Daun muda biasanya mengkilap dengan warna kuning kehijauan. Ukuran bunga sangat besar dan berwarna putih dengan 4 sampai 6 kelopak. Bentuk buah bulat mirip telur tapi kecil.

Bobot buah biasanya lebih berat dari Arabica tetapi lebih ringan dibandingkan dengan Liberica. Seperti Liberica usia penanaman sampai berbuah membutuhkan waktu sekitar 4 sampai 5 tahun. Tingkat produktifitas tanaman bisa menghasil 1.000 kg per hektar setiap tahun.

Selasa, 19 September 2017

Yuk Berkenalan Dengan Kopi Excelsa

Kopi excelsa ditemukan pada awal abad ke-20 di wilayah Afrika Barat. Pada awalnya tanaman ini disebut sebagai spesies Coffea excelsa, kadang-kadang disebut spesies Coffea dewevrei. Belakangan dikoreksi menjadi Coffea liberica var. dewevrei, sebagai salah satu varietas kopi liberika. Namun nama-nama tersebut masih menjadi perdebatan para ahli. Kopi excelsa memiliki banyak nama sinonim.

Saat ini kopi excelsa tidak banyak dibudidayakan. Lebih dari 90% perdagangan kopi dunia dikuasai oleh jenis kopi arabika dan robusta, sebagian kecil sisanya liberika dan excelsa. Di Indonesia kopi excelsa bisa ditemukan di Jambi, ditanam di dataran rendah bertanah gambut.
Botani kopi excelsa
Klasifikasi tanaman

Seperti sudah disinggung di awal ada banyak nama sinonim untuk nama latin kopi excelsa. Auguste Chevalier, menyebut kopi ini sebagai spesies Coffea excelsa.1 Sementara itu peneliti lainnya, yakni Émile De Wildeman dan Théophile Durand menyebutnya sebagai spesies Coffea dewevrei.2

Belakangan, Jean Paul Antoine Lebrun, menggolongkan kopi excelsa sebagai salah stau varietas dari kopi liberika dengan nama ilmiah Coffea liberica var. dewerei.3 Selain itu, ada juga yang menamakannya Coffea liberica var. excelsa. Meskipun memiliki banyak nama sinonim, dalam dunia perdagangan komoditas ini dikenal sebagai excelsa.

Deskripsi tanaman
Kopi excelsa ditemukan pertama kali pada tahun 1905 oleh August Chevalier, seorang botanis dan ahli taxonomi asal Perancis. Dia menemukan kopi ini di sekitar aliran Sungai Chari tidak jauh dari Danau Chad di Afrika Barat. Warna daunnya hijau tua dengan bagian belakang berwarna hijau terang. Ukuran daun lebar dan luas. Bunganya berwarna putih dan besar, tumbuh berkelompok terdiri dari satu sampai lima bunga dalam satu kelompok. Buah kopi excelsa pendek dan lebar. Bijinya lebih kecil dari robusta, warnanya kuning cerah seperti liberika.4

Habitat tumbuh
Tanaman kopi excelsa cocok dikembangkan pada ketinggian lahan mulai 0-750 meter di atas permukaan laut. Idealnya di daerah beriklim tropis dengan curah hujan sedang. Pada tingkat curah hujan tinggi tanaman ini akan lebih mengembangkan kayunya dibanding buahnya. Kopi excelsa memerlukan waktu satu hingga dua bulan dengan curah hujan kurang dari 50 mm untuk berbunga. Tanaman ini diketahui tahan terhadap penyakit karat daun, Hemileia vastratrix (HV). Produktivitas kopi excelsa mencapai 1,2 ton per hektar.5

Di Indonesia kopi excelsa dibudidayakan secara terbatas di daerah Tajung Jabung Barat, Jambi. Tanaman ini bisa tumbuh di tanah gambut yang memiliki tingkat keasaman tinggi. Kopi excelsa termasuk tanaman kopi yang bisa cepat menghasilkan, dalam kurun 3,5 tahun buahnya sudah bisa dipanen.

Senin, 18 September 2017

Magma, Aplikasi Android Buat Pantau Bencana di Indonesia

Bandung - Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) berhasil menciptakan aplikasi untuk meningkatkan mitigasi bencana yang diberinama Magma Indonesia. Berbagai informasi tentang kebencanaan geologi bisa dilihat secara real time oleh masyarakat melalui layanan ini.

Magma (Multiplatform Application for Geohazard Mitigation and Assesment) diklaim menjadi aplikasi mobile pertama di dunia yang menyajikan informasi mengenai kebencanaan geologi terintegrasi dalam satu jendela dan bisa diakses secara real time.

Aplikasi ini bisa diakses melalui website magma.vsi.esdm.go.id atau juga bisa diunduh di ponsel Android melalui Play Store. Beragam informasi tentang kebencanaan mulai dari status gunung berapi, gempa bumi, tsunami dan gerakan tanah tersaji dalam aplikasi tersebut.

Kepala PVMBG Kasbani menuturkan aplikasi ini dibuat untuk memudahkan pihak-pihak terkait dalam melakukan mitigasi bencana. Contohnya saat terjadi peningkatan status gunung berapi. Para pemangku kepentingan bisa lebih cepat melakukan langkah antisipasi dengan melihat informasi secara real time melalui aplikasi MAGMA.

"Tinggal di Indonesia berhimpitan sekali dengan potensi bencana. Kita harus meningkatkan kewaspadaan dengan mitigasi bencana yang baik. Melalui MAGMA saat ada potensi bencana bisa disampaikan secara cepat," kata Kasbani, saat ditemui di Kantor Badan Geologi, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (14/9/2017).

Dia melanjutkan, sumber informasi atau status kebencanaan yang berada di aplikasi ini didapat langsung dari lapangan. Untuk gunung berapi misalnya pihaknya menyebar lebih dari 200 pengamat di seluruh Indonesia.

"Jadi datanya langsung dari lapangan. Setelah kita lakukan validasi akan langsung tampil atau diinformasikan di dalam MAGMA. Intinya ini sangat membantu sekali," ujarnya.

Di lokasi yang sama, Founder and Developer MAGMA Devy Kamil Syahbana menambahkan, aplikasi ini dibuat sejak 2015 lalu. Tujuannya untuk memangkas alur informasi tentang kebencanaan yang selama ini terkesan lamban.

"Misalnya (dulu) kirim dari kantor (PVMBG) ke pemerintah daerah terus ke kecamatan, turun ke RT/RW dan akhirnya lama. Kita ingin inovasi memunculkan MAGMA Indonesia sehingga informasi berjalan lebih cepat," ujarnya.

Dia menyatakan, setiap laporan yang masuk ke PVMBG bisa langsung dilihat masyarakat melalui aplikasi ini. "Apa yang dilaporkan bisa langsung diakses masyarakat. Informasi kebencanaan geologi yang up to date seperti gunung api, gempa bumi, tsunami dan gerakan tanah bisa dilihat," ucapnya.

Sumber : Detikcom

Oorth, Medsos Karya Anak Bangsa Diluncurkan Oktober

Jakarta - Anda pengguna aktif media sosial (medsos)? Siap-siap, karena bulan depan, aplikasi medsos buatan anak negeri akan segera diluncurkan.

Adalah Oorth, nama aplikasi tersebut, yang dijadwalkan meluncur 7 Oktober 2017 di Kuningan, Jakarta. Meski demikian, Oorth saat ini sudah bisa dicoba dalam versi beta dengan mendownloadnya di www.oorth.id.

Oorth sendiri diinisiasi oleh tiga anak muda, Krishna Adityangga, Mulyono Herman dan Dhanny Ardiansyah. Krishna dan Dhanny berasal dari Solo. Sedangkan Mulyono berasal dari Bogor.

Masuknya Oorth, akan bersaing dengan aplikasi medsos lain yang sudah populer seperti Instagram, Facebook dan Twitter. Meski harus bersaing dengan nama-nama besar tersebut, para inisiator Oorth optimistis aplikasi mereka bakal diminati masyarakat karena memiliki fitur yang berbeda.

"Awalnya aplikasi ini dirancang berbasis kearifan lokal. Banyak aplikasi sejenis, hanya saja aplikasi tersebut dibangun bukan berdasarkan budaya lokal," kata Chief Information Officer (CIO) Oorth Mulyono Herman saat ditemui di kantornya di Solo, Senin (18/9/2017).

Chief Executive Officer (CEO) Oorth Krishna Adityangga, menjabarkan bahwa Oorth memiliki empat fungsi utama, yakni chat, donasi, e-wallet dan stream (komunitas).

"Ada dua layer, yaitu personal dan komunitas. Dengan personal, kita bisa pakai fasilitas chat. Ada juga feed, kalau di Facebook namanya wall. Tidak semua orang bisa melihat aktivitas kita, jadi tidak liar. Teknologi ini kita ciptakan agar tepat guna," ungkapnya.

Pada layer komunitas, pengguna dapat memanfaatkan Oorth bukan hanya sebagai alat komunikasi. Selain itu, terdapat juga fitur e-wallet dan organizer.

"Dengan adanya dompet elektronik, kita bisa melihat secara transparan berapa banyak kas komunitas, digunakan apa saja, bisa terlihat semua. Lalu dengan fitur organizer, anggota dapat melihat jadwal kegiatan dan membuat note komunitas," ujarnya.

Dengan adanya fitur e-wallet, kata Krishna, transaksi perdagangan pun dapat terfasilitasi dengan mudah menggunakan Oorth.

"Jika ada pengumpulan donasi, pakai Oorth juga dapat lebih mudah. Tidak perlu ribet pakai banyak rekening," ujarnya.

Sumber : Detikcom

Jenis dan Karakteristik Kopi Liberika

Kopi liberika adalah jenis kopi yang dihasilkan oleh tanaman Coffea liberica. Kopi ini disebut-sebut berasal dari tanaman kopi liar di daerah Liberia. Padahal sebenarnya ditemukan juga tumbuh secara liar di daerah Afrika lainnya.

Kopi liberika dibawa oleh bangsa Belanda ke Indonesia pada abad ke-19. Kopi ini dikembangkan untuk menggantikan tanaman arabika yang terserang wabah penyakit karat daun. Namun upaya tersebut kurang berhasil karena tanaman kopi liberika mengalami hal yang sama.

Saat ini kopi liberika ditanam secara terbatas di negara-negara Afrika dan Asia. Secara global produksinya jauh dibawah arabika dan robusta. Di Indonesia kopi liberika bisa ditemukan di daerah Jambi dan Bengkulu. Sebagian besar hasil produksi liberika dari tempat tersebut di ekspor ke Malaysia.
Sejarah budidaya

Seperti sudah disinggung sebelumnya, nama liberika diambil dari nama tempat ditemukannya jenis kopi ini yakni di daerah Liberia. Walaupun sebenarnya jenis kopi ini ditemukan juga di daerah lainnya di Afrika. Pada tahun 1878 Belanda membawa kopi liberika ke Indonesia untuk menggantikan tanaman kopi arabika yang rusak terserang penyakit karat daun atau Hemelia vastatrixi (HV).

Liberika diketahui lebih tahan terhadap penyakit HV dibanding arabika. Namun pada tahun 1907 tanaman liberika mengalami hal yang sama dengan arabika. Hampir semua perkebunan kopi liberika yang terletak di dataran rendah rusak terserang HV. Selanjutnya pemerintah Belanda mengganti liberika dengan jenis robusta.1

Daya tahan kopi liberika terhadap penyakit HV lebih baik dibanding arabika namun tidak setahan kopi robusta. Saat ini liberika ditanam secara terbatas, tidak sebanyak arabika atau robusta. Tanaman kopi ini kurang disukai petani karena rendemen hasil pengolahan buahnya rendah.

Kopi liberika merupakan tanaman endemik Afrika. Penyebarannya meliputi Liberia, Burkina Faso, Pantai Gading, Gabon, Gambia, Gana, Maurtania, Nigeria, Uganda, Kamerun hingga Anggola. Liberika banyak dibudidayakan di Indonesia, Malaysia, Filipina, Afrika Barat, Guyana dan Suriname. Selain itu secara terbatas dibudidayakan juga di Mauritius, India, Srilangka, Thailand, Taiwan, Vietnam dan Timor-timur.2

Di Indonesia, kopi jenis ini bisa ditemukan di daerah Jambi dan Bengkulu. Di Jambi, produsen liberika terkonsentrasi di wilayah Tanjung Jabung.

Nama ilmiah untuk kopi liberika adalah Coffea liberica var. Liberica. Pada awalnya tanaman ini digolongkan ke dalam spesies yang sama dengan kopi robusta dengan nama ilmiah Coffea canephora var. liberica. Namun pengelompokkan terbaru menyatakannya sebagai spesies tersendiri dengan nama Coffea liberica.4 Karena secara morfologi dan sifat-sifat lainnya berbeda dengan robusta. Selain kopi liberika, terdapat varietas lain dalam spesies Coffea liberica yakni kopi excelsa dengan nama ilmiah Coffea liberica var. Dewevrei.

Deskripsi tanaman (D. Blair, 1876)
Buah kopi liberika memiliki ukuran cukup besar. Bentuknya bulat hingga lonjong dengan panjang sekitar 18-30 mm. Dalam satu buah terdapat 2 biji kopi yang masing-masing memiliki panjang sekitar 7-15 mm. Diantara jenis kopi budidaya lainnya, liberika memiliki ukuran buah paling besar.5

Namun meski buahnya besar, bobot buah keringnya hanya 10% dari bobot basahnya. Sifat seperti ini kurang disukai para petani karena penyusutan bobot saat panen hingga buah siap olah cukup tinggi. Sehingga ongkos panen menjadi relatif lebih mahal.6 Keadaan ini yang membuat petani enggan mengembangkan jenis kopi liberika.

Habitat tumbuh
Kopi liberika tumbuh baik di daerah tropis dataran rendah dengan ketinggian 400-600 meter dari permukaan laut. Namun tetap bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian 1200 meter. Suhu ideal pertumbuhannya ada pada kisaran 27-30ºC dengan curah hujan 1500-2500 mm per tahun.7 Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik pada lahan yang tersinari penuh ataupun di bawah naungan pohon lain. Kopi liberika juga memiliki toleransi tinggi pada tanah yang kurang subur. Jenis tanaman ini bisa tumbuh di atas tanah lempung hingga tanah berpasir serta tahan terhadap kekeringan maupun cuaca basah.

Varietas tanaman
Varietas kopi liberika tidak banyak, yang populer diantaranya Ardoniana dan Duvrei. Pada tahun 2014, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslit Koka) melepas spesies kopi liberika dengan nama varietas “Libtukom” kependekan dari Liberika Tunggal Komposit. Libtukom merupakan varietas liberika pertama yang dianjurkan di Indonesia. Varietas libtukom dikembangkan dari kopi liberika yang ada di daerah Tanjung Jabung Barat, Jambi. Varietas ini memiliki keunggulan tahan hama karat daun, bisa ditanam di dataran rendah dan bisa ditanam di lahan marginal seperti tanah gambut.

Liberika varietas libtukom memiliki kemiripan dengan excelsa. Namun terdapat beberapa ciri yang membedakannya, yakni libtukom memiliki daging buah yang tebal sedangkan excelsa lebih tipis mirip arabika. Selain itu pada pupus daunnya, libtukom berwarna hijau hingga hijau kecoklatan sedangkan excelsa merah kecoklatan.

Perdagangan kopi liberika
Kopi liberika tidak banyak diperdagangkan di pasar internasional. Saat ini perdagangan kopi dunia didominasi oleh jenis arabika sekitar 70% dan robusta 28%, sisanya jenis liberika dan excelsa. Di wilayah Asia Tenggara, liberika banyak disukai oleh konsumen di Malaysia. Kopi liberika asal Indonesia sebagian besar diekspor ke Malaysia, sisanya diperdagangkan secara lokal.

Sabtu, 16 September 2017

Jenis dan Karakteristik Kopi Robusta

Robusta berasal dari kata ‘robust’ yang artinya kuat, sesuai dengan gambaran postur (body) atau tingkat kekentalannya yang kuat. Kopi robusta bukan merupakan spesies karena jenis ini turunan dari spesies Coffea canephora.

Robusta dapat tumbuh di dataran rendah, namun lokasi paling baik untuk membudidayakan tanaman ini pada ketinggian 400-800 meter dpl. Suhu optimal pertumbuhan kopi robusta berkisar 24-30oC dengan curah hujan 2000-3000 mm per tahun.

Kopi robusta sangat cocok ditanam di daerah tropis yang basah. Dengan budidaya intensif akan mulai berbuah pada umur 2,5 tahun. Agar berbuah dengan baik, tanaman ini membutuhkan waktu kering 3-4 bulan dalam setahun dengan beberapa kali turun hujan.

Tanaman kopi robusta menghendaki tanah yang gembur dan kaya bahan organik. Tingkat keasaman tanah (pH) yang ideal untuk tanaman ini 5,5-6,5. Kopi robusta dianjurkan dibudidayakan dibawah naungan pohon lain.
Karaktersitik tanaman

Cabang reproduksi atau wiwilan pada kopi robusta tumbuh tegak lurus. Buah kopi dihasilkan dari cabang primer yang tumbuh mendatar. Cabang primer ini cukup lentur sehingga membentuk tajuk seperti payung.

Bentuk daun membulat seperti telur dengan ujung daun runcing hingga tumpul. Daun-daunnya tumbuh pada batang, cabang dan ranting. Pada batang dan cabang tumbuhnya tegak lurus dengan susunan daun berselang-seling. Sedangkan pada ranting dan cabang-cabang mendatar pasangan daun tumbuh pada bidang yang sama. Robusta lebih relatif tahan terhadap penyakit karat daun.

Tanaman kopi robusta sudah mulai berbunga pada umur 2 tahun. Bunga tumbuh pada ketiak cabang primer. Setiap ketiak terdapat 3-4 kelompok bunga. Bunga biasanya mekar diawal musim kemarau. Berbeda dengan arabika, bunga robusta melakukan penyerbukan secara silang.

Buah yang masih muda berwarna hijau, setelah masak berubah menjadi merah. Meski telah matang penuh, buah robusta menempel dengan kuat pada tangkainya. Jangka waktu dari mulai berbunga hingga buah siap panen berkisar 10-11 bulan.

Tanaman kopi robusta memiliki perakaran yang dangkal. Oleh karena itu membutuhkan tanah yang subur dan kaya kandungan organik. Tanaman ini juga cukup sensitif terhadap kekeringan.
Jenis klon kopi robusta

Kopi robusta diturunkan dari beberapa spesies terutama Canephora. Mungkin karena alasan itu, sumber bibit tanaman untuk robusta tidak disebut varietas melainkan klon.

Sama dengan varietas pada arabika, klon unggul robusta di Indonesia dikembangkan oleh Puslit Koka. Berikut ini beberapa jenis klon robusta yang direkomendasikan lembaga tersebut:

Klon BP308.
Klon ini merupakan tanaman unggul yang tahan terhadap serangan nematoda. Keistimewaan lain klon robusta ini adalah toleran terhadap tanah yang kurang subur. BP308 dianjurkan untuk dijadikan batang bawah, sedangkan batang atasnya disambung dengan klon-klon lain yang disesuaikan dengan agroklimat setempat.

Klon BP42.
Klon jenis ini memiliki produktivitas 800-1200 kg/ha/tahun. Perawakannya sedang dengan banyak cabang dan ruasnya pendek. Buah yang dihasilkan besar dan dompolannya rapat.

Klon SA436.
Memiliki produktivitas yang cukup tinggi, mencapai 1600-2800 kg/ha/tahun. Bentuk biji dari klon ini kecil dan ukurannya tidak seragam.

Klon BP234.
Produktivitasnya 800-1200 kg/ha/tahun. Perawakan ramping dengan percabangan yang panjang dan lentur. Butiran buah agak kecil dan ukurannya tidak seragam.

Karakteristik produk
Dipasaran, kopi robusta dijual dengan harga lebih rendah dibanding arabika. Hal ini menyebabkan disinsentif terhadap petani. Sehingga untuk menghemat biaya produksi petani robusta cenderung mengabaikan penanganan pasca panen. Pada gilirannya akan membuat mutu kopi yang dihasilkan rendah.

Aroma robusta tidak sekuat arabika, dengan tingkat kekentalan (body) sedang hingga berat dan citarasa pahit. Kandungan kafein robusta lebih dari dua kali lipat arabika, yaitu berkisar 1,7-4%.
Perdagangan kopi robusta

Sekitar 99% perdagangan kopi dunia adalah jenis robusta dan arabika. Kopi robusta banyak diproduksi oleh negara-negara Asia-Pasific dan Afrika, sedangkan kopi arabika banyak diproduksi oleh negara-negara Amerika Selatan. Penghasil robusta terbesar adalah Vietnam.

Terdapat paradoks dalam perkembangan perdagangan robusta. Pada tahun 1950-an ketika pertama kali diperdagangkan di bursa London, tingkat harganya relatif sama dengan arabika. Saat itu proporsi pangsa pasar kopi robusta 25-30% dan arabika 70-75%.

Keadaan mulai berubah ketika terjadi kenaikan produksi kopi robusta. Saat ini dimana pangsa pasarnya naik diatas 30%, harganya anjlok dibawah arabika hingga hampir setengahnya. Tentu saja ini sangat mengkhawatirkan mengingat lebih dari 80% produksi kopi Indonesia adalah robusta.

Jumat, 15 September 2017

Jenis dan Karakteristik Kopi Arabika

Kopi arabika (Coffea arabica) berasal dari hutan pegunungan di Etiopia, Afrika. Di habitat asalnya, tanaman ini tumbuh dibawah kanopi hutan tropis yang rimbun. Kopi jenis ini banyak ditumbuh di ketinggian di atas 500 meter dpl.

Kopi arabika akan tumbuh maksimal bila ditanam diketinggian 1000-2000 meter dpl. Dengan curah hujan berkisar 1200-2000 mm per tahun. Suhu lingkungan paling cocok untuk tanaman ini berkisar 15-24oC. Tanaman ini tidak tahan pada temperatur yang mendekati beku dibawah 4oC.

Untuk berbunga dan menghasilkan buah, tanaman kopi arabika membutuhkan periode kering selama 4-5 bulan dalam setahun. Biasanya pohon arabika akan berbunga diakhir musim hujan. Bila bunga yang baru mekar tertimpa hujan yang deras akan menyebabkan kegagalan berbuah.

Kopi arabika menyukai tanah yang kaya dengan kandungan bahan organik. Material organik tersebut digunakan tanaman untuk sumber nutrisi dan mejaga kelembaban. Tingkat keasaman atau pH tanah yang cocok berkisar 5,5-6.

Karakteristik tanaman
Tanaman kopi arabika pendek menyerupai perdu dengan ketinggian 2-3 meter. Batang berdiri tegak dengan bentuk membulat. Pohonnya memiliki percabangan yang banyak.

Warna daun kopi arabika hijau mengkilap seperti memiliki lapisan lilin. Daun yang telah tua berwarna hijau gelap. Bentuk daun memanjang atau lonjong dengan ujung daun meruncing. Pangkal daun tumpul dan memiliki tangkai yang pendek. Struktur tulang daun menyirip.

Kopi arabika mulai berbunga setelah musim hujan. Bunga tumbuh pada ketiak daun. Bunga kopi berwarna putih dan bisa melakukan penyerbukan sendiri, tidak ada perbedaan bunga jantan dan betina. Dari bentuk kuncup hingga menjadi buah yang siap panen membutuhkan waktu 8-11 bulan.

Buahnya bulat seperti telur, dengan warna buah hijau kemudian berubah menjadi merah terang saat matang. Apabila buah telah matang cenderung mudah rontok. Oleh karena itu harus dipanen dengan segera, untuk detailnya silahkan baca cara memanen buah kopi. Buah yang rontok ke tanah akan mengalami penurunan mutu, cenderung bau tanah.

Pohon kopi arabika mempunyai perakaran tunjang yang dalam. Guna akar yang dalam ini untuk menopang pohon agar tidak mudah roboh dan bertahan pada kondisi kekeringan. Pertumbuhan akar ditentukan sejak pohon dipindahkan dari pembibitan. Pohon yang perakarannya tidak tumbuh dengan baik, akan mengganggu produktivitas.

Varietas kopi arabika
Ada banyak varietas kopi arabika yang ditanam di Indonesia. Setiap varietas mempunyai daya tumbuh dan daya adaptasi yang berbeda-beda. Pemilihan varietas dalam budidaya hendaknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan tempat budidaya.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal gunakan varietas unggul dari sumber terpercaya. Kementerian pertanian melalui Puslit Koka selalu mengeluarkan varietas unggul. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
S 795.
Varietas ini memiliki produktivitas 1000-1500 kg/ha pada kepadatan tanam 1600-2000 pohon per hektar. Mulai berbunga pada umur 15-24 bulan. Agak tahan terhadap serangan karat daun bila ditanam diketinggian lebih dari 1000 meter dpl.

USDA 762.
Produktivitas kopi jenis ini mencapai 800-12000 kg/ha. Mulai berbunga pada umur 32-34 bulan. Agak tahan terhadap penyakit karat daun.

Andung sari-1.
Produktivitas sekitar 350 kg/ha. Mulai berbunga pada umur 15-24 bulan. Bila ditanam diketinggian kurang dari 900 meter, varietas ini rentan terhadap serangan karat daun namun cukup tahan ditanam di daerah yang kurang subur.

Sigarar Utang.
Produktivitasnya mencapai 1500 kg per hektar. Varietas ini memilikikeistimewaan bisa berbuah terus menerus mengikuti pola sebaran hujan. Bijinya berukuran besar, rentan terhadap hama bubuk buah dan nematoda, namun cukup tahan karat daun. Disarankan ditanam pada ketinggian di atas 1000 meter dpl.

Karakteristik produk akhir
Secara umum kopi arabika dihargai lebih tinggi dibanding jenis lainnya. Dari segi rasa, arabika mempunyai jangkauan yang luas. Setiap varietas kopi yang ditanam ditempat berbeda akan memiliki perbedaan citarasa yang signifikan.

Kopi arabika memiliki aroma yang kuat, sifat kekentalan (body) ringan hingga sedang dan tingkat keasaman tinggi. Kandungan kafeinnya lebih rendah dibanding robusta yaitu sekitar 0,8-1,5%.
Perdagangan kopi arabika

Lebih dari 65% perdagangan kopi dunia di dominasi oleh jenis arabika. Selain mendominasi pangsa pasar, saat ini kopi arabika dihargai lebih tinggi hampir dua kali lipatnya dibanding robusta. Pusat perdagangan arabika berada di bursa komoditi New York.

Penghasil kopi arabika terbesar ada di negara-negara Amerika Latin. Hampir 90% produksi kopi negara-negara Amerika Latin jenis arabika. Brasil merupakan produsen arabika terbesar dunia. Sedangkan konsumen kopi terbesar dunia adalah negara-negara Uni Eropa, disusul Amerika Serikat dan Jepang.

Kamis, 14 September 2017

Mengenal jenis tanaman kopi

Tanaman kopi dipercaya berasal dari benua Afrika kemudian menyebar ke seluruh dunia. Saat ini kopi ditanam meluas di Amerika Latin, Asia-pasifik dan Afrika. Pohon kopi bisa tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim tropis dan subtropis meliputi dataran tinggi maupun dataran rendah. Kopi dipanen untuk diambil bijinya kemudian dijadikan minuman atau bahan pangan lainnya.

Di Indonesia, tanaman kopi dibawa oleh bangsa Belanda pada tahun 1896. Mereka memperkenalkan jenis kopi arabika. Pada perkembangannya, terjadi serangan penyakit karat daun (HV) yang menyebabkan kematian tanaman secara massal. Kemudian pemerintahan kolonial memperkenalkan jenis kopi liberika dan robusta yang lebih tahan penyakit HV.

Jenis kopi budidaya
Jenis kopi yang paling populer adalah arabika. Para penikmat kopi menghargai jenis kopi arabika lebih dibanding jenis kopi lainnya. Faktor penentu mutu kopi selain jenisnya antara lain habitat tumbuh, teknik budidaya, penanganan pasca panen dan pengolahan biji.

Jenis kopi yang ada di bumi ini sangat banyak ragamnya. Namun hanya empat jenis kopi yang dibudidayakan dan diperdagangkan secara massal. Sebagian hanya dikoleksi pusat-pusat penelitian dan ditanam secara terbatas. Sebagian lagi masih tumbuh liar di alam.

Empat jenis kopi yang banyak dibudidayakan adalah jenis kopi arabika, robusta, liberika dan excelsa. Sekitar 70% jenis kopi yang beredar di pasar dunia adalah kopi arabika. Disusul jenis kopi robusta menguasai 28%, sisanya adalah kopi liberika dan excelsa.

a. Kopi arabika
Kopi arabika (Coffea arabica) merupakan jenis kopi yang paling disukai karena rasanya dinilai paling baik. Jenis kopi ini disarankan untuk ditanam di ketinggian 1000-2100 meter dpl. Namun masih bisa tumbuh baik pada ketinggian diatas 800 meter dpl. Bila ditanam di dataran yang lebih rendah, jenis kopi ini sangat rentan terhadap penyakit HV.

Arabika akan tumbuh optimal pada kisaran suhu 16-20oC. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, kopi arabika membutuhkan bulan kering sekitar 3 bulan/tahun. Arabika mulai bisa dipanen setelah berumur 4 tahun. Dengan produktivitas rata-rata sekitar 350-400 kg/ha/tahun. Namun bila dipelihara secara intensif bisa menghasilkan hingga 1500-2000 kg/ha/tahun.

Apabila telah matang, buah arabika berwarna merah terang. Buah yang telah matang mudah sekali rontok, jika dibiarkan buah tersebut akan menyerap bau-bauan yang ada ditanah sehingga mutunya turun. Arabika sebaiknya dipanen sebelum buah rontok ke tanah. Rendemen atau prosentase antara buah yang panen dengan biji kopi (green bean) yang dihasilkan sekitar 18-20%.

Para petani kopi arabika biasa mengolah buah kopi dengan proses basah. Meski memerlukan biaya dan waktu lebih lama, tapi mutu biji kopi yang dihasilkan jauh lebih baik.

b. Kopi robusta
Kopi robusta (Coffea canephora) lebih toleran terhadap ketinggian lahan budidaya. Jenis kopi ini tumbuh baik pada ketinggian 400-800 m dpl dengan suhu 21-24oC. Buididaya jenis kopi ini sangat cocok dilakukan didataran rendah dimana kopi arabika rentan terhadap serangan penyakit HV. Dahulu setelah ada serangan penyakit HV yang masif, pemerintah kolonial mereplanting tanaman kopi arabika dengan kopi robusta.

Jenis kopi robusta lebih cepat berbunga dibanding arabika. Dalam waktu sekitar 2,5 tahun robusta sudah mulai bisa dipanen meskipun hasilnya belum optimal. Produktivitas robusta secara rata-rata lebih tinggi dibanding arabika yakni sekitar 900-1.300 kg/ha/tahun. Dengan pemeliharaan intensif produktivitasnya bisa ditingkatkan hingga 2000 kg/ha/tahun.

Untuk berbuah dengan baik, jenis kopi robusta memerlukan waktu panas selama 3-4 bulan dalam setahun dengan beberapa kali hujan. Buah robusta bentuknya membulat dan warna merahnya cenderung gelap. Buah robusta menempel kuat di tangkainya meski sudah matang. Rendemen kopi robusta cukup tinggi sekitar 22%.

Para penggemar kopi menghargai robusta lebih rendah dari arabika. Karena harganya yang murah, para petani seringkali mengolah biji kopi robusta dengan proses kering yang lebih rendah biaya.

c. Kopi liberika
Kopi liberika (Coffea liberica) bisa tumbuh dengan baik didataran rendah dimana robusta dan arabika tidak bisa tumbuh. Jenis kopi ini paling tahan pada penyakit HV dibanding jenis lainnya. Mungkin inilah yang menjadi keunggulan kopi liberika. Ukuran daun, percabangan dan tinggi pohon jenis kopi liberika lebih besar dari arabika dan robusta.

Kopi liberika mutunya dianggap lebih rendah dari robusta dan arabika. Ukuran buahnya tidak merata, ada yang besar ada yang kecil bercampur dalam satu dompol. Selain itu rendemen kopi liberika juga sangat rendah yakni sekitar 12%. Hal ini yang membuat para petani malas menanam jenis kopi ini.

Produtivitas jenis kopi liberika ada pada kisaran 400-500 kg/ha/tahun. Liberika dapat berbunga sepanjang tahun dan cabang primernya dapat bertahan lebih lama. Dalam satu buku bisa berbunga lebih dari satu kali. Di Indonesia, jenis kopi ini ditanam di daerah Jawa dan Lampung.

d. Kopi excelsa
Kopi excelsa (Coffea excelsa) merupakan salah satu jenis kopi yang paling toleran terhadap ketinggian lahan. Kopi ini bisa tumbuh dengan baik didataran rendah mulai 0-750 meter dpl. Selain itu, kopi excelsa juga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan.

Pohon kopi excelsa bisa menjulang hingga 20 meter. Bentuk daunnya besar dan lebar dengan warna hijau keabu-abuan. Kulit buahnya lembut, bisa dikupas dengan mudah oleh tangan. Kopi excelsa memiliki produktivitas rata-rata 800-1.200 kg/ha/tahun. Kelebihan lain jenis kopi excelsa adalah bisa tumbuh di lahan gambut. Di Indonesia, excelsa ditemukan secara terbatas di daerah Tanjung Jabung Barat, Jambi.

Rabu, 13 September 2017

Benar kah Brian Acton akan melepas whatsapp?

Jakarta - Salah satu pendiri WhatsApp Brian Acton, mengumumkan segera meninggalkan layanan chat yang kini menjadi milik Facebook tersebut. Ada apa gerangan?

Melalui postingan di akun Facebook pribadinya, Acton mengatakan dirinya akan mendirikan sebuah yayasan. Nantinya, yayasan ini akan fokus pada titik pertemuan antara organisasi nirlaba, teknologi dan komunikasi.

"Ini adalah sesuatu yang saya pikirkan cukup lama. Dan kini adalah waktunya saya fokus melakukannya. Saya akan mengabarkannya dalam beberapa bulan ke depan," kata Acton seperti dikutip dari Cnet, Rabu (13/9/2017).

Acton adalah lulusan Stanford University dan mantan pegawai Apple. Dia bertemu dengan Jan Koum saat keduanya bekerja di Yahoo. Acton dan Koum kemudian meninggalkan Yahoo di 2007 dan mendirikan WhatsApp pada 2009.

Aplikasi yang menghubungkan penggunanya melalui pesan berbasis internet di ponsel ini menarik perhatian. Bisa digunakan di berbagai platform, WhatsApp sukses menggeser kejayaan BlackBerry Messenger.

Segera saja, WhatsApp merangkul miliaran pengguna di berbagai belahan dunia. Potensi ini pula yang membuat Facebook meliriknya. Raksasa jejaring sosial tersebut meminang WhatsApp dengan mahar senilai USD 19 miliar. Dari akuisisi ini, Acton kecipratan kekayaan bersih senilai USD 6,5 miliar.

Sejauh ini, Facebook belum memberikan respons apapun terkait hengkangnya Acton, demikian pula rekannya Koum yang saat ini masih menjabat sebagai CEO WhatsApp.

Sumber : detik.com


Senin, 23 Januari 2017

Jenis-Jenis Minuman Kopi Terpopuler

Kopi merupakan buah yang sangat mudah ditemu di Indonesia, karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil biji kopi terbesar di dunia

Minum kopi untuk sebagian pencinta kopi memiliki teknik dan cara penyajian yang berbeda-beda,ini menjadikan kopi memiliki jenis varian rasa yang berbeda untuk setiap cangkir kopi yang disajikan.  Jenis kopi ini sangat identik dan lekat dengan tempat yang tinggal menjual produk minuman kopi seperti cafe dan kedai kopi.

Jenis-jenis minuman kopi ini sedang berkembang di Indonesia, kopi ini diracik dengan mesin modern dan sentuhan unik peyaji kopi (barista) untuk menghasilkan kopi yang nikmat sebagai bentuk penghargaan kepada pencinta kopi. Inilah macam-macam cara penyajian kopi

Coffee Espresso
Coffee espresso ini merupakan minuman hasil perpaduan mengekstaksi biji kopi,beraroma tinggi dan kental. Dalam minuman espresso terdapat crema yang berupa busa berwarna keemasaan yang terdapat dipermukaan minuman. Kopi espresso merupakan jenis minuman yang sangat disukai oleh pencinta kopi dunia.

Coffee Doppio De Espresso
Coffee doppio sering disebut juga dengan coffee double shot, kopi yang dihasilkan memiliki dua kali rasa (taste) dari kopi espresso.

Coffee Freddo
Coffee freddo sering disebut juga Iced Coffee (Es Kopi), jenis kopi ini tidak membutuhkan alat pendingin dan hanya menambahkan es kedalam gelasnya. Es itu bisa berupa susu yang dibekukan, namun jika ingin mendapatkan rasa kopi yang pekat cukup menggunakan es biasa.

Coffee Latte
Coffee latte merupakan salah satu jenis kopi esspresso yang yang dipadukan dengan susu cair panas  dan memiliki lapisan busa di permukaannya. Coffee latte ini memiliki rasa susunya yang kuat dan kopi yang ringan.

Coffee Coppucino
Coffee cappucino merupakan jenis minuman kopi yang dihasilkan dari proses kopi espresso, tuangan susu panas dan susu kocok di campur hinggan membusa dan ditambahnan topping campuran bubuk kayu manis dan coklat.

Granita De Coffee Con Panna
Granita de coffee con panna merupakan Kopi yang dibuat dengan menambahkan kristal es dan whipped cream diatasnya.

Refrensi